Senin, 01 April 2019

HAI :)

HAI! Aku kembali!!
hahahaha basi kan udaah hampir 2 tahun ku tidak meninggalkan jejak disini
terakhir insiden 2017 yang membuatku galau 4 hari (?) wkwkwk ternyata hanyalah keegoan dan kebodohan yang seperti biasa membentur kita untuk berproses, semua baik baik saja.
Semakin baik malah hehehe sesungguhnya aku berterimakasih dengan masalah waktu itu, kami jadi semakin terbuka, menyamakan value, visi serta isi otak tak ketinggalan kami semakin "kuat". semakin sayang wkwkwkw -aku geli nulis ini-

Dan hai, ini jam 12.41 PM WIB 2 April 2019, aku kembali!!
aku akan memulai bercerita lagi -jangan menatapku seperti itu-
-oke baiklah aku mengaku, mungkin bisa saja setelah menulis ini aku kembali 2 tahun lagi hahaha-
doakan saja aku tidak sekedar hai dan pergi begitu saja wkwkwk karena aku benar benar ingin menulis lagi, banyak membaca lagi.
seperti biasa inginku banyak sekali wkwkwkw

tulisan ini hanya deklarasi aku kembali, tidak ada isi dan pesan spesifik
-mungkin mulai sekarang disini akan terus seperi itu, tanpa tujuan pasti yang jelas aku hanya ingin menulis-
eit, semoga ini bukan semangat menggebu bagai minyak atsiri. gampang menguap.



Sabtu, 08 Oktober 2016

Cerita Panjang



Sabtu pagi kuhabiskan seperti biasa ‘bermain’ dengan Chan sambil melihat hasil download yang belum sempat kulihat kemarin. Aish suara ibuk kembali muncul di dalam kamarku, kulirik jam ‘sudah jam 8 pantas saja ibuk mulai kesal denganku’ hahaha aku bukan baru bangun tidur, aku sudah bangun sejak subuh tadi hanya saja ibuk akan ‘selalu berisik’ sampai aku mandi dan menyelesaikan sarapanku. Araaa~ aku akan berangkat mandi sekarang!

Aku mengernyitkan mataku melihat banyak panggilan tak terjawab di hp saat kutinggal mandi, ini aneh 12 panggilan tak terjawab ‘budhe Lis’ ‘Mbak Iin Jkt’ ‘budhe Ema’ ini sungguh aneh pasti ada yang tidak beres, mereka semua tidak akan menelfonku hanya say hello, aku mendial no budhe, oh damn aku lupa no ku dalam masa tenggang mulai kemarin -__-’ tak lama layar hpku muncul panggilan dari budhe Lis 



“hallo assalamualaikum, ada apa budhe, novi td ndag liat hp waktu budhe tlpn”
“novi posisi dimana? Sudah berangkat ke kantor?”
“ini sabtu budhe, klinik libur novi dirumah” budhe diam sesaat disebrang sana
" Vi, Pakde Tono meninggal tadi pagi jam setengah 8, budhe belum bisa pulang ke jombang hari ini, besok pagi baru menuju kesana, budhe jakarta juga kemungkinan sampai juga besok” aku terdiam
“kamu nanti kerumah pakdhe ya vi, paling tidak ada yang mewakili dari rumah” lanjut budhe, aku masih terdiam
 “nggeh budhe”

Aku masih dalam posisi yang sama, panggilan dari budhe sudah berakhir 5 menit yang lalu. Otakku masih mencerna semua yang dikatakan budhe, oh oke pakdhe meninggal, tidak aku sedang tidak menangis, aku hampir tidak punya memory menyenangkan denganya, bingung, itu yang kurasakan sekarang. Aku sebentar lagi harus kerumahnya, 24 tahun hidupku aku tidak pernah menginjakkan kakiku dirumahnya. Otakku terus berputar, astaga apa yang harus kulakukan sekarang, aku mulai bergerak kedapur mencari ibu dan menyampaikan berita dari budhe tadi. Beliau terdiam cukup lama dan kemudian menyuruhku bersiap untuk melayat, aku tidak menunjukkan wajah bingung sebisa mungkin aku menampilkan wajah datarku. Ibu bertanya dengan suara pelan apakah dia harus ikut kesana seperti bergumam tapi aku masih bisa mendengar suaranya “tidak perlu bu, cukup novi aja, ibuk dirumah saja”.



Ya, seperti dugaan kalian hubungan kami tidak terlalu bagus, lebih tepatnya, mereka tidak pernah menerima ibuku, entahlah sampai sekarang aku tidak tau alasannya, ibuku? Dia juga tidak tau apa kesalahannya. Lucu bukan? Hahaha. Dari semua saudara ayah hanya dia dan keluarganya yang seperti itu, jadi jangan heran jika kami tinggal satu kota tapi aku tidak pernah berkunjung kesana, aku hanya tau dia tinggal di daerah dekat sekolah yudha sekarang. Pikiranku melayang saat ayah meninggal, ya dia datang, untuk bertemu pakdhe dan budhe yang berkumpul dirumahku,tidak menghampiriku atau ibuku. Dia tidak pernah menyakitiku secara langsung tapi aku tau mereka menyakiti ibuku, meskipun setiap aku tanya ibuk selalu menyuruhku selalu menghormatinya. Aku selalu mencium tangan setiap bertemu denganya seperti yang selalu kulakukan pada pakdhe budheku yang lain. Tapi anaknya-sepupuku- aku tak pernah melihat dia mencium tangan ibu, menyapa saja aku belum pernah melihatnya. ah, aku juga tidak lupa istrinya -budheku- menolak saat aku menjabat tangannya. Terlebih setelah ayah tidak ada, yudha sering bercerita bagaimana dia membentak ibuku, sungguh saat itu aku yang masih kuliah hanya bisa mengertakkan gigi dan mengepalkan tangan, saat itu aku bertekat lebih kuat untuk menjadi benteng ibu dan adekku. Untuk itu aku harus berterimakasih padanya “bahan bakar terlarang” membuatku tak pernah lelah memperjuangkan targetku:)

Langit mendung sekarang, ibu mengigatkanku untuk membawa jas hujan. Aku mengiyakan dan berangkat sendiri. Sepanjang perjalanan aku berfikir, apa yang harus ku lakukan dsana?bagaimana kalo mereka mengabaikanku? Oh atau bahkan bagaimana kalo mereka mengusirku, oh tidak, kujauhkan semua isi kepalaku itu, mereka sedang berduka tak mungkin seperti itu. Sepanjang perjalanan aku mencoba mengingat wajah sepupuku mas tony dan mbak heny. Astaga terakhir aku ketemu saat aku kuliah dijember saat mereka berkunjung ke rumah budhe lis, tp aku masih mengingatnya. Kurasa. 

Rumah kami tidak terlalu jauh, tidak sampai 10 menit harusnya aku sudah sampai, hanya saja aku menyetir dengan kecepat yang lebih pelan dari biasanya. Oh god! Aku sudah bisa melihat bendera kematian di depan rumahnya, aku memarkirkan motorku di depan rumah tetangga pakdhe. Sudah banyak orang berkumpul disana, aku bertanya memastikan itu rumahnya, mereka meng iya kan, jauh di dalam hatiku aku ingin mereka mengatakan bukan dan aku akan kembali kerumah dan bilang aku tidak dapat menemukan rumahnya, bodoh memang haha. Aku mulai memasuki pelataran rumahnya dan menaruh bawaan dari ibu ditempat yang disediakan. Aku hanya celingak celinguk, bingung banyak pintu disana, sampai seseorang melihatku aku tersenyum saat dia mengantarku ke pintu, dsana ada sebuah kamar ada wanita paruh baya sedang menangis -istrinya pakdhe- dan dikrubuti 4 orang gadis, menenangkan dan memeluknya. Wanita yang mengatarku tadi berhenti di depan pintu “ini temannya mas tony” mereka yg diruangan melirikku, aku meralat “bukan mbak, aku keponakan pakdhe” dengan senyum yang sedikit di paksakan. Aku hanya diam melihat wanita paru baya itu menangis, jarak kami tidak sampai 1 meter, dia melihatku tidak berkata apapun akupun sama lidahku keluh, aku tidak bisa mengatakan aku turut berduka dan berkata “Sabar” untuknya. Aku mulai sedikit panik apa yang kulakukan disini, setelah diam dan melihatnya cukup lama, aku membuka suara kepada mbak2 yang berada disana menanyakan keberadaan mbak heny, dia mengatakan kalo mbak heny keluar untuk menyiapkan keperluan pakdhe. Aku menganguk dan kembali duduk diruangan itu, menatapnya lagi. 

Wajah wanita itu sayu penuh air mata, sangat berbeda dengan wajah yang kuingat selama ini, rasa iba muncul, wajahnya mengingatkan bagaimana saat ibu kehilangan ayah. Aku kembali terdiam, entah berapa lama aku diruangan itu, kemudian ada gadis melewatiku wajahnya familiar, oh tunggu itu mbak heny bukan? Pertanyaan itu berputar dikepalaku sambil mencocokan memory diotakku dengan gadis di depanku. Dia berkerudung sekarang, aku ragu sampai mbak dibelakangnya memanggilnya “hen” aku menajamkan telingaku, kurasa aku tak salah dengar. Dia meninggalkan ruangan, aku yakin mata kita bertemu, aku tersenyum dia mengabaikan senyumku dan berjalan keluar. Nyaliku menciut, aku tidak cukup tangguh untuk menerima penolakan. Aku melirik wanita paru baya itu lagi, tanpa suara aku keluar ruangan mengikuti mbak heny, kurasa aku masih bisa menghadapinya daripada berbicara dengan wanita itu. Entahlah mungkin mereka pikir aku tidak sopan, aku tidak peduli sekarang, 

Aku sudah diluar ruangan saat ini, aku melihat mbak heny sibuk mengambil handuk, dan perlengkapan memandikan jenazah, aku mendekatinya. Tapi aku kembali duduk saat melihat dia sibuk berbicara dengan handphone nya ,setelah dia selesai aku melangkahkan kakiku mendekatinya persetan dengan apa yang akan terjadi, aku akan menyatakan bela sungkawa dan pulang secepatnya. Sekarang aku melihat wajahnya dari dekat, cantik pikirku, aku mengucapkan bela sungkawa dan menyampaikan pesan budhe untuk tidak menunggu siapapun karena mereka tidak ada yang bisa sampai jombang hari ini. Gadis di depanku mengiyakan -tangan kami masih berjabat tangan saat kita berbicara- dia mengatakan meminta maaf untuk kesalahan yang pakdhe buat, aku mengiyakan dan dia segera menyudahi obrolan singkat ini karena harus menyiapkan perlengkapan pakdhe aku menganguk dan berjalan keluar halaman. Aku berfikir mungkin menyenangkan mengobrol dengannya dia telihat bukan seperti gadis yang menyebalkan tadi, umurnya 2 tahun diatasku kalo aku tidak salah mengingat. Percakapan tadi adalah percakapan pertama kita, kurasa dia tidak buruk.

Mataku bertemu dengan pria di pintu yang berbeda, dia terlihat kusut. Aku ingat dia mas tony, biasanya dia terlihat -sedikit- tampan dengan tubuh tinggi dan tampilan rapi. Aku terus berjalan menuju motorku. Oke aku sudah duduk dimotorku, sekarang kembali bingung, aku pulang sekarang? Tidak apa bukan, aku sudah menyampaikan pesan budhe. Tapi masih ada yang mengganjal. Aku kembali memasuki halaman rumahnya *aku meruntuki kebodohanku- apa yg kau lakukan nyop! Aku mencari mas tony, ya aku merasa buruk jika tidak berpamitan dengannya setidaknya dia sepupuku, tidak peduli bagaimana ibunya selalu berlaku kasar pada ibukku, setidaknya dia dan mbak heny tidak pernah melakukannya pada ibu. Aku sudah di depannya sekarang aku menjabat tangannya dan mengulang perkataan sama seperti yang kukatakan kepada adiknya, dia tersenyum dan berkata terimakasih serta meminta maaf untuk kesalahan yang pernah dibuat almarhum ayahnya, aku tersenyum dan pamit *lagi

Oke kali ini aku akan benarbenar pulang. Sebenarnya aku masih ingin tinggal, bukan kah ketika saudara kalian meninggal kalian akan menemani sampai diberangkatkan keperistirahatan terakhir dan kembali menghibur keluar yg di tinggalkan? Aku butuh orang dewasa sekarang, setidaknya jika ada mereka aku akan ikut menemani disana. Sekarang aku sendirian, dan dirumah itu tadi aku tak mengenal siapapun selain yang kuceritakan tadi. Aku benar-benar merasa sesak disana, seperti orang hilang tidak ada yang ‘melihat’ keberadaanku. Oke mungkin aku berlebihan :’) harus kah aku menunggu di kursi tadi? Tidak2 ini akan terlihat sangat aneh. Aku menyalakan motor dan beranjak pulang.

Sebenarnya aku tidak ingin pulang, mataku sekarang sembab, ntahlah sejak kapan aku ikut menangis dsana, sejak melihat wanita itu kah? Saat bersalaman dengan sepupuku? Entahlah aku meruntuki kebodohanku, ini terlihat lemah. Aku tidak menyukainya dan aku tidak mau ibu melihat mata sembab ini saat aku dirumah, aku memarkirkan motorku dipinggir jalan,di depan SMAku hahaha aku tipikal orang yang bingung dijalan jika tidak memiliki tujuan yang jelas, hah khas anak rumahan kalo mengutip kalimat mayang saat mengataiku. Ah mayang, rumahnya dekat dr sini tp ini sabtu dia masih di puskesmas jam segini. Aku mengeluarkan hpku, sedikit terkejut melihat panggilan tak terjawab dari budhe lis, ada apa lagi ini. Aku memutar motorku menuju konter dan membeli pulsa - ingat no ku masih dalam masa tenggang- dan kemudain mendial no budhe, budhe menanyakan posisiku aku menjawab di rumah pakdhe dan sekarang keluar beli pulsa untuk menghubungi budhe. -oke aku sedikit berbohong tapii aku memang dr rumah pakdhe kan 5 menit yg lalu- budhe melanjutkan mengingatkan pesannya untuk disampaikan, aku menjawab dengan cepat kalo sudah kusampaikan meskipun kusampaikan ke mas tony dan mbak heny bukan ke ibunya. Budhe mengiyakan dan berterimakasih sebelum menutup teleponnya. Sekarang aku terdiam, yang kulakukan sekarang tidak akan mengecewakan siapapun bukan? Aku mencoba menghubungi koko, tidak terjawab. Mungkin dia sedang sibuk. Aku mendial no akak, ah dia sedang bekerja bukan tapi dia mengangkatnya. Aku bingung akan berkata apa dan hanya menanyakan apakah dia bekerja, percakapan kami hanya sebentar dan kemudian aku menutup panggilanku. 

Kulirik langit mulai menjatuhkan air, ah gerimis aku harus cepat pulang. Aku beranjak pergi, ternyata gerimis td hanya sebentar. Langit masih mendung tapi tidak hujan. Aku putuskan untuk mengunjungi ayah, aku tidak membeli bunga hanya duduk disana membersihkan makam ayah, haaah~ aku yakin ayah memperhatikanku dari tadi, jadi aku tidak akan bercerita ulang padamu yah. Aku rindu, sungguh. Aku melakukan hal baik bukan hari ini?

Langit semakin gelap dan aku pulang. 





Panjang sekali ya tulisanku? Intinya apa? Tidak ada. Aku hanya menceritakan yang kulalui hari ini, lega? Ehm kurasa iya. Hahaha Akak sedang sibuk dengan pekerjaannya, Koko juga sibuk dengan skripsinya. Ibu? Kurasa aku tidak akan membagi cerita linglung g jelasku ini dengannya. Tya? Mungkin nanti saat dia pulang ke rumah. Menceritakan ini lewat bbm atau wa akan sangat panjang bukan, yang jelas aku sekarang merasa lebih baik. Kenapa ditulis disini? Entahlah aku hanya ingin dan kurasa akan sangat sedikit kemungkinan orang lain membaca tulisan panjang tanpa poin ini.

Selasa, 09 Agustus 2016

Perubahan dan Rindu

Banyak yang berubah, Aku? Tentu saja. Aku merasakannya dengan sangat sadar. 
Aku bukan lagi gadis kecil yang bergantung dengan kehangatan dan kenyamanan orang disekitarku. Tentu saja, sekarang aku mulai merindukan kenyamanan mereka yang membuatku candu tapi sudahlah ini sudah bukan masanya. 
Aku bukan lagi gadis “mahasiswa” yang sibuk dengan dunia perkuliahan dan berkeluh kesah dengan tugas yang tak kunjung usai dengan hafalan yang entah berapa lembar lagi harus masuk dan dapat dicerna otakku. Belajar? Tentu saja sampai saat ini masih terus dilakukan, profesi pilihanku sekarang memang tidak bisa dipisahkan dengan membaca dan mengupgrade diri tapi tentu saja dengan cara yang berbeda dengan aku yang dulu.
Aku bukan lagi gadis rapuh yang “menyalahkan” keadaan (ya,,mungin ini tidak secara langsung) atas semua hal yang kurasa tidak adil harus terjadi. Sok kuat? Ehm, sepertinya bukan perkataan yang tepat. Aku belajar lebih bisa menerima semuanya dengan lebih lapang dada. Belajar untuk tidak terlalu banyak menggantung harap kepada makhlukNya, lebih berserah. Memang belum terwujud dengan maksimal tapi setidaknya sekarang aku sedang benar benar mencoba mendisiplinkan hatiku.
Ah iya satu lagi, aku bukan lagi gadis manis penuh semangat yang kalian ingat dulu, ah kalo aku mengingat lagi kata-kata kalian,  lugu? Bodoh? Naif? Terlalu positif? Baik? aku sekarang tak sesederhana dulu, tidak terlalu rumit juga tentunya. Memang benar waktu dan dunia ini akan memberikan ruang berproses untuk menentukan sikap yang nantinya akan memperluas dan membuat perbedaan cara berpikir kita. 
Sekarang aku meendisiplinkan diri dengan semua
 orang yang kusayangi, pacar? Ah iya dia juga tanpa terkecuali menerima perlakuan ini. Mungkin kamu pun merasakannya, aku tidak sebergantung dulu. Bukan kah aku yang sekarang sudah tidak terlalu merepotkan? >_< aku sekarang lebih berserah dalam menunggumu, tidak lagi bingung waktu dan pertanyaan kapan? HahaAku percaya kamu sedang mengusahakan yang terbaik untuk diriku, sekarang aku sedang menutup telingga, berdoa dan mempercayaimu. Kalo kita memang berjodoh pasti akan selalu ada jalan, percayalah. Sudah-sudah yang jelas aku menyayangimu. :)
Sekarang waktu terlamaku dalam 5 tahun ini dengan sengaja mendisiplinan diri untuk tidak merecoki Akak dengan semua keluh kesahku dengan semua pikiran “mbulet” dalam otakku. Aku telah banyak memikirnya, aku terlalu bergantung padamu kak, setiap dalam kebingungan aku akan “berlari” kearahmu. Aku tidak ingin menjadi gadis manja yang selalu merepotkan, tunggulah sebentar lagi kak. Setelah misi pendisiplinan diri ini selesai aku akan hadir kembali tapi tentu saja bukan dengan keluh kesah, dengan diri baruku yang akan sama keren dan tetap tenang sepertimu. Tunggulah.
Eh tapi kak, tidakkah kau merindukanku? Hahaha aku sedikit gatal ingin mengetahui kabarmu, bagaiman dengan mbak cinta? Ah nanti akan ada waktunya kita bercerita panjang lebar seperti biasanya :)

Bimaa, aku merindukanmu. Keberadaanmu diluar pulau memudahkanku untuk tidak lagi merepotkanmu hahaha tidak kah kau merindukanku? Disana ada tidak yang minta ditemani kesana kemari sepertiku? Cepatlah pulang, kami menunggumu. Aku sekarang banyak menghabiskan waktu dengan si May kami belanja dan bermain kesana kemari, hampir tidak ada yang dapat menghentikan kita :” hahaha sungguh aku rindu dengan dirimu yang selalu mengiyakan semua permintaan yang bisa selalu kamu usahakan. Rindu berbagi cerita bodoh yang tidak mudah kubagi dengan orang lain selain kamu dan may :”
Sudah lewat tengah malam sekarang, aku bukan lagi novi yang kuat begadang hahaha besok aku harus bekerja. Ketika aku merindukan kalian aku akan menulis untuk kalian disini, entah ini akan terbaca oleh kalian atau tidak. Ketika aku sedang bingung atau resah seperti saat ini aku akan menulis disini seolah kalianlah yang mendengarkanku. Aku menyayangi kalian.


Sabtu, 25 April 2015

Logawa, 24 April 2015

Perjalanan kali ini tidak semenyenangkan biasanya, setelah dari cikarang dan sempat ‘mampir' kerumah tidak sampai 2x24 jam aku harus disini, iya sekarang aku sedang diatas kereta Logawa menuju Jember, sendirian.

Ku lihat dari jendela kereta langit yang sedari tadi mendung menumpahkan isinya, ahh semakin membuatku tak nyaman, hujan dan kota yang kutuju sedang mengingatkan semua tentangmu, bahkan kereta ini juga, terlalu banyak kenangan ini membuatku takut, takut menghadapi kenyataan saat aku tiba disana, iya kota Jember. Terakhir ku ingat sebelum meninggalkan kota itu aku menahan rindu untuk secepat mungkin kembali, sekarang? Hahaha ragu yang kurasakan.

Hujan semakin deras, sepertinya langit tau bagaimana suasana hatiku sekarang, aku hanya duduk diam melihat tetes tetesnya yang menghantam jendela, kenangan tentangmu tanpa bisa kuhindari sedang berputar di otakku, semuanya. Lamunanku terhenti dengan bunyi getar di sakuku , “sampe mana nduk, jangan lupa makanannya dimakan, dijaga kondisinya disana” isi sms dari ibu, ah ibu aku masih kangen sebenarnya tapi mau bagaimana lagi jadwal yang berantakan ini membuatku harus berada disini meninggalkan beliau dirumah, setelah ku balas pesan singkat dari ibu, aku kembali mematung melihat jendela, sekarang semakin banyak yang menyeruak memaksa masuk ke dalam otakku.. Ibu, Ayah, Adek, antara cita-cita dan target yang harus dilalui, rencana masa depan ini dan itu.

Entahlah mungkin hanya perasaanku saja, kereta ini melaju semakin cepat, langit di luar mulai gelap, semakin ku pikirkan semakin yakin bahwa keputusan ini memang yang terbaik buat kita. Setelah membuang nafas berat berkali kali, aku sadar bahwa aku tidak lagi berhak bermanja-manja, memikirkan kesenangan dan kenyamananku saja, aku harus menghadapi posisiku sebagai ujung tombak dari keluargaku, secepat mungkin, iya secepatnya aku akan mengumpulkan tenaga untuk menjadi benteng ibu dan adik-adikku. Perasaanku padamu? Jangan ditanya, sudahlah nanti aku juga akan bisa menata semuanya dengan rapi, secepatnya.

Aku hanya berharap kita akan berjalan kearah yang lebih baik, aku percaya Allah bersama kita, tau yang terbaik buat kita, kalau pun memang benar kita harus berpisah aku yakin kita akan mendapatkan yang terbaik buat kita, kalau nanti kita bersama lagi? Berarti sekarang kita sedang diberi kesempatan untuk memperbaiki diri sebelum nanti akhirnya bersama. Kulirik tiket keretaku, ah sebentar lagi aku akan sampai. Aku tersenyum membaca nama kereta ini “LOGAWA” legowo orang jawa bilang yang artinya lapang, iya aku hanya perlu legowo, melapangkan hati, dan menatanya dengan rapi lagi.

Hey, kamu, Jember dan seisinya, aku siap menginjakkan kaki dikotamu lagi, meskipun jalan di depa bukanlah jalan yang mudah , menyenangkan dan hangat. Aku harus menerobosnya, aku siap, aku harus siap!


Yah, aku kangen..benarkan semua keputusan ini? Aku begitu merindukanmu yah, aku percaya kau selalu mengawasiku, semoga saat ini kamu sedang tersenyum mengawasiku.

Senin, 30 Maret 2015

Aku Kangen

Senin, 30 Maret 2015
Senin pagi, aku gak membenci hari senin hanya saja pagi ini terasa berat, aku malas membuka mataku, argg alarmku terus menganggu, aku setengah terpejam saat ‘membunuh’nya.  Memang sudah waktunya bergerak, hari ini aku harus tetep berangkat berangkat ke Landsond seperti sebelumnya. Kulirik mbak Opi yang juga masih belum beranjak,dia bilang “obet sama novan bentar lagi udah nyampe kayaknya”, syukurlah mereka baik-baik saja diperjalanan.

Robert sama mas Novan pulang ke Jogja kemarin malam ahh sekarang aku benar-benar tinggal berdua sama mbak Opi, sudah lah ini memang harus dilalui, aku sedang tidak galau, tenang saja, hanya “sedikit” tidak bersemangat. Masih sama seperti hari-hari biasanya kita mandi dan siap-siap berangkat. Kulirik jendela kamarku, ah biasanya mas Novan jam segini udah jemur handuknya dan nanyain kita udah siap-siap belum, kulirik kamar mereka, haha biasanya Obet baru beranjak mandi jam segini, aku hanya bisa tersenyum sambil menahan “nyut2an” yang mulai menjalar. Sekarang aku melihat ke atas, ah itu kamar Ganang,biasanya lampu depan kamarnya sudah mati jam segini, oh iya bukan dia lagi yang sedang disana sekarang ya. “yok berangkat yok, semangat Argg” mbak Opi pun sepertinya merasakan hal yang sama sepertiku.

Setelah ku kunci kamarku rasa tak nyaman semakin menjalar kemana-mana, sempat terpikir untuk menunggu obet sama mas novan barusan hahaha >_< aku mulai melangkah kan kakiku bergerak menuju Landson. Kulirik kamar atas “ganaang.. “ kebiasaan saat melewati kamarnya,untung belum sempat terucap, lagi-lagi hanya bisa tersenyum, masih tetap berjalan dibelakang mbak Opi, kulirik portal kompleks kami, ah Dwi gak muncul sambil tersenyum simpul khasnya. Akhirnya sampai juga di Landson, kulirik buku absen pkpa, ah kemarin namanya masih lengkap kita berenam ya. Biasanya nulis  nama kita berempat di bawah nama Dwi yang sering datang paling pagi dan Ganang yang belum absen karena berangkat paling siang hahaha.

Seharian diruang RnD aku masih kepikiran kalian, tapi aku harus membatasi diriku agar gak terlalu memikirkan kalian, membayangkan makan siang hanya berdua membuatku semakin gak bersemangat, ‘sudah ah nanti gak usah ngeliat ke QC’. Hahaha tapi faktanya aku masih mencari pantulan baju batik Dwi dikaca -__-

kita makan cepat siang ini sebelum jam 1 kita sudah selesai, ah aku juga mengirim menu makan siang kita ke kalian,sambil liat hp kita makan dalam diam, jalan dalam diam. Saat menuju tangga kita ketemu seseorang kalo ngutip kata mas Novan ‘jodohnya’ mbak Opi, tawa kita langsung pecah saat jalan menaiki tangga mengingat bagaimana candaan ‘cak lontong’ selalu membuat kita tertawa bareng hahaha ^^v ampun ya mas.

Hari ini aku mungkin masih gagal move on dari kalian rek, tapi tenang saja, aku sama mbak Opi akan baik-baik saja disini, kita masih sering ketawa ngakak kalo ngomongin “Darl, Chuyunk ataupun Cak lontong”. Sudah waktunya pulang sekarang kita pulangnya tet jam 4 hahaha, sudahlah kita akan bertemu lagi kok secepatnya, aku percaya itu.
Aku kangen kalian.


Jumat, 27 Maret 2015

Cikarang 27 maret 2015

Cikarang, 27 maret 2015
Tidak jatuh cinta tapi merasakan patah hati, iya sekarang dadaku sesak. Eh tunggu dulu jangan pikirkan ini semua tentang pria ini ataupun itu, bukan kok kali ini aku sedang patah hati karena sebagian hatiku (lagi-lagi) di bawa pergi, iya di bawa pergi :’)

Ini semua memang kesalahanku yang mudah sekali membiarkan mereka semua mengambil bagian hatiku, aku yang mudah nyaman dan mereka yang selalu hangat membuatku tanpa sadar bergantung, lagi-lagi hal ini sering terjadi, dan aku harus menyimpan rasa sesak ketika harus berpisah seperti ini, oke-oke aku sedikit mellow sekarang, mungkin berlebihan juga, tapi aku benar-benar benci keadaan seperti ini.

ketika wajah mereka bahagia membicarakan rumah, keluarga dan kegiatan mereka nanti setelah selesai dari sini, aku ikut bahagia, sungguh! Hey tunggu ,aku tidak sedang iri dengan mereka. Hanya merasa ada yang tercekat di dalam tenggorokanku ketika membayangkan mereka tertawa seperti biasa, tapi aku tidak bisa melihat senyum itu lagi, tidak bisa mendengar celoteh mereka lagi.
Satu bulan disini terasa cepat dan tidak seberat yang ku bayangkan karena kalian yang selalu ada disekitarku, terimakasih ya telah menjadi ‘keluargaku’ disini, ah, sekarang ujung dari perjalanan kalian di kota rantau kali ini, aku berharap kalian selalu mengingatku,  seperti aku yang akan selalu mengingat kalian, sudah-sudah aku mulai mellow lg sekarang :’)

Mas Novan, terimakasih sudah begitu baik, kamu selalu “ngemong” selama disini, seperti ayah yang membantuku dalam semua kondisi. Selalu rajin nanyain “kamu gak papa nop?” “sehat kan?” “kamu gak makan?”, terimakasih selalu menjelaskan semua hal baru ku disini tanpa perlu aku meminta, kamu kakak kelas yang begitu baik, hangat dan perhatian. Hey Yun, baik2 ya sama mas Novan, semoga kalian berdua langgeng,  ah jangan lupa mampir mas kalo lagi ngapelin yun dijember :D

Robert, terimakasih telah menjadi teman baru yang selalu menyenangkan, ah aku begitu cepat merasa akrab denganmu, kamu banyak tertawa dan mudah membuatku nyaman bercanda denganmu. Awalnya aku kira kamu pendiam, tapi sepertinya aku salah, kamu cerewet :p , ah iya terimakasih saat aku homesick kamu dan mas Novan mau nemenin jalan kaki malam-malam hanya untuk beli es krim di alfamidi sampai nongkrong dipinggir jalan beli martabak telur. Terimakasih,meskipun aku gak selalu ikut, selalu mengajak beli makan setiap hari. Aku bersyukur bisa berteman denganmu, nanti kalo aku ke jogja kamu jadi tour guidenya ya :D

Ganang, terimakasih untuk semuanya ya, bisa di bilang aku nemu partner in crime disini, kamu teman lucu yang selalu nyambung di ajak ngobrol. Terimakasih selalu ada pas aku butuh bantuan dan teman cerita, terimakasih telah setia nganterin aku beli es krim setiap kali badmood atau homesick melanda :D terimakasih juga menjadi teman cerita yang nemenin ketika susah tidur. Ah iya terimakasih juga bisa berantakin “sarang” :p, ah agak berat nulis ini karena km bakalan pulang duluan besok, gak ikut kita jalan-jalan dulu, gak bisa bisa ya ikutan? Hahaha. Aku begitu bersyukur mengenalmu disini, semua ketakutanku menjadi lebih sederhana ketika berbicara denganmu, nanti kalo aku ke boyolali ajak ke kolam yang km bilang itu ya, ah iya kalo aku ke jogja main sama obet dan mas novan jgn lupa jemput ya :p. aku bersyukur mengenalmu :)

Dwi, terimakasih wi, kamu teman cewek baruku disini :D. satu kata yang kupikirkan saat pertama ketemu kamu, “pendiem ya” “wah mbaknya aktif” semakin lama kesini ternyata kamu gak sependiam yang kukira, meskipun kamu pribadi yang berbeda denganku yang susah diam aku juga mudah nyaman denganmu mendiskusikan ini itu,ah iya terimakasih ucapanmu bikin aku yakin sama jalan yang tak pilih “kalo kamu mampu dan mau lanjutin aja, gak ada ruginya kalo ada kesempatan” oh iya kamu juga membuatku begitu nyaman ketika insiden “jatuh” kamu teman yang bisa dijadikan sandaran dalam keadaan ground state kala itu *ah apasih ini aku mulai mello lg, meskipun kosan kita jauhan gak bisa kumpul terus kayak anak2 yang lain, terimakasih telah menjadi teman cewekku yang baik, meskipun sedikit pendiam kamu teman yang perhatian “gp2 nov yang penting km selamat sampai kosan” itu jawabanmu waktu aku sama mbak opi pulang duluan, ah aku bersyukur mengenalmu, nanti waktu aku ke solo ajak aku keliling ya, agih k maen juga ke jember nanti aku ajk keliling :D

Mbak Opi tinggal kita aja nih sekarang, yuk kita kan wanita tangguh, Right?  aku gak nulis banyak tentang pyn disini, masih panjang cerita kita disini, yuk semangat!!!!

Guys udah saatnya kita pisah, yuk kita lanjutkan jalan kita masing-masing, baik-baik disana, see u on top yak! :D


Sabtu, 03 Januari 2015

Benda

Rasanya sedikit 'aneh' hahaha ya aneh mungkin kata yang paling tepat. Debaran itu masih sama, senyum menenangkan milikmu pun juga tidak berubah, meskipun banyak berubah kamu tetap laki-laki yang ku kenal dulu. Tentu saja minus rambutmu yang mulai panjang dan aroma rokok tercium dari tubuhmu. Lantas apa yang aneh?
Aku merasa kau sedikit gelisah ketika kita bertemu, kadang kau menjadi priaku dulu kadang kau juga berubah menjadi pria asing, ahh iya terlebih ketika kau dengan benda ditanganmu itu, kau menjadi gusar ketika benda itu berbunyi, terlebih seperti takut aku melihat, ntah apa yang tak boleh kulihat. Aku sekarang hanya terkenang bagaimana kita dulu saling terbuka, bahkan ketika aku tertarik ke seseorang yang lain, aku selalu bercerita meskipun nantinya kita akan saling 'ngambek' sementara. Tapi kurasa itu lebih baik daripada rasa gelisah menyembunyikan sesuatu.
Ah, aku tak peduli kau sedang 'bercengkrama' atau apapun dengan siapapun melalui benda itu sekarang. Aku hanya merindukan saat berkumpul membicarakan kehidupanmu, kehidupanku dan sekitar kita, sebelum benda itu ada ditanganmu dan merampas kenyamanan bercengkrama seperti dulu.

Kulihat tanganku saat ini, aahhh iya tanganku pun memegan benda yang sama denganmu ketika aku menuliskan ini, haha aku menertawakan keanehan ini, aku membutuhkan dan membenci benda ini disaat yang bersamaan. Aneh.